Pilu, Seorang Bocah Calon Hafiz Meninggal Dunia karena Alami Penyiksaan, Buku Harian dan Catatan Alquran Jadi Saksinya


Mohamad Thaqif Amin Mohd Gaddafi asal Johor Malaysia harus meregang nyawa lantaran disiksa petugas asrama sekolah tahfidz tempatnya mengenyam pendidikan agama.

Melansir dari Malay Mail, bocah 11 tahun itu meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sultan Ismail, Johor Baru Malaysia.

Mohamad Thaqif Amin meninggal dunia sebelum kakinya sempat diamputasi karena mengalami infeksi akibat disiksa oleh oknum petugas asrama.

Kisah yang sempat viral di Malaysia pada tahun 2017 lalu ini bermula dari ditemukannya buku harian milik Mohamad Thaqif Amin.

Dalam buku hariannya, Mohamad Thaqif Amin menceritakan penyiksaan yang dialaminya.

Bahkan Mohamad Thaqif Amin juga menuliskan pesan untuk orangtua dan gurunya.

Secara khusus Mohamad Thaqif Amin juga menulis ingin menghubungi ibunya dan meminta untuk dipindahkan ke sekolah lain.

Dia (petugas asrama) menyuruhku mencuci nampan tetapi itu bukan giliranku, tetapi dia terus memaksa.

Lalu aku mencuci cangkirku," tulis Mohamad Thaqif Amin.

"Setelah aku mencuci cangkir dan ingin meletakkannya, dia meninju pantatku.

Aku tidak tahan lagi.

Ya Allah, tolong buka hati kedua orang tuaku, dan semoga Ustaz Afdol dan Sheikh Fahmi untuk mengizinkanku untuk pindah.

Tolong beri hamba harapan ya Allah. Amin," lanjutnya dalam buku harian itu seperti yang dikutip dari World of Buzz.

Selain buku harian itu, di dalam Al Quran milik Mohamad Thaqif Amin juga ditemukan sebuah catatan yang ditempel ke sampul bagian dalam.

Mohamad Thaqif Amin menuliskan keinginannya untuk menjadi hafiz.

"Aku ingin jadi hafiz dalam waktu dua tahun ini, aku bisa melakukanya.

Kau bisa melakukannya Thaqif!" tulis Mohamad Thaqif Amin.

Ia pun menuliskan catatan yang berisi hal-hal yang harus dilakukan untuk meraih impiannya itu.

"Cara-cara untuk menjadi seorang hafiz:

Dengarkan nasihat ayah ibu,

Jagalah zholat lima waktu,

Menghafalkan surat-surat yang lebih mudah terlebih dahulu," sambungnya.

Pemerintah Johor juga sempat memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Mohamad Thaqif Amin.

"Atas nama pemerintah negara bagian dan seluruh Bangsa Johor, saya sedih atas kematian 'imam kecil' ini.

Belasungkawa kepada orang tua dan keluarganya.

Harapan dan impiannya untuk mengubah Al Quran sebagai jalan hidup sangat terpuji, Allah akan menempatkan jiwanya di antara orang-orang yang saleh," ungkap Datuk Ayub Rahmat dari Dewan Agama Islam Johor. (TribunStyle/Vega Dhini Lestari)

Remaja Pengidap Sakit Jantung Putus Sekolah untuk Rawat 6 Adiknya

Sebuah kisah viral hari ini dari Malaysia tentang seorang anak remaja yang memutuskan keluar dari sekolahnya untuk merawat keenam adiknya.

Roselina Abdullah berjuang merawat adik-adiknya setelah sang ibu meninggal karena sakit kanker.

Sementara itu, Roselina sendiri juga mengidap sakit jantung.

Kisah viral hari ini tentang seorang remaja yang memutuskan keluar dari sekolah dan merawat keenam adiknya.

Roselina Abdullah (16) berjuang merawat adik-adiknya setelah sang ibu meninggal karena sakit kanker.

Sebelumnya Roselina Abdullah juga telah membantu merawat ibunya yang sakit dan para adik-adiknya yang berusia 4 hingga 13 tahun.

Namun sang ibu lantas tiada karena kanker ginjal.

"Aku dulu membantu ibuku menjaga adik-adikku yang lain, tetapi sekarang semuanya ada di pundakku, termasuk mengelola semua pekerjaan rumah."

Dilansir TribunStyle dari Harian Metro, Rabu (9/10/2019), Roselina Abdullah sendiri juga mengidap sakit jantung sejak kecil.

Ayah kandung Roselina telah meninggal saat usianya tiga tahun.

Lantas sang ibu menikah kembali dan memiliki 6 anak.

Namun pernikahan kedua ibunya tak berjalan lancar dan akhirnya mereka bercerai.

Setelah berpisah dengan ibunya, ayah tiri Roselina tak pernah lagi menampakkan diri.

Roselina juga mengungkap dulu dirinya dan sang ibu bekerja di sebuah restoran kecil.

Namun mereka akhirnya berhenti karena pemiliknya tak mampu membayar gaji.

Roselina dan keluarganya selama ini mendapat tunjangan bulanan dari Departemen Kesejahteraan Sosial (JKM).

"Sebelum ini, kami mengandalkan tunjangan bulanan Departemen Kesejahteraan Sosial (JKM) RM350 dan saya menerima RM150 sebulan, sementara dua adik laki-laki dengan ketidakmampuan belajar menerima RM1.800 masing-masing selama satu tahun."

Namun Roselina mengatakan dirinya tidak bisa terus bergantung dengan bantuan dan harus segera mencari pekerjaan untuk membiayai dirinya dan keenam adiknya.

"Aku harus mencari pekerjaan dalam waktu dekat untuk bertahan hidup kami, tujuh saudara kandung, termasuk mendanai biaya sekolah lima saudara kandung."

Saat ini Roselina dan adik-adiknya tinggal bersama nenek mereka yang berusia 62 tahun di Kampung Manal 3.